Jumat, 21 September 2012

Kesenian Ubud

Kesenian Ubud tidak terlepas dari beberapa Maha Karya Seniman Ubud itu sendiri serta pendukung dari berbagi aspek ruang lingkupnya. Terkenalnya Ubud oleh wisatawan barat sejak tahun 1930-an, pada saat itu telah tinggal seorang seniman Jerman yaitu Walter Spies (lahir di Moskwa, 15 September 1895 – meninggal di Samudera Hindia, 19 Januari 1942 pada umur 46 tahun) merupakan pelukis, perupa, dan juga pemusik. Namun sebelum tinngal di Ubud, Walter Spies pernah pula tinggal di Yogyakarta, dimana pada zaman itu SultanYogya menggankatnya sebagai pianis istana dan diminta membantu kegiatan seni keraton. Dan kemudian Walter Spies memperkenalkan notasi angka bagi gamelan di keraton Yogyakarta. Notasi ini kemudian dikembangkan di kraton-kraton lain dan digunakan hingga sekarang. 

Pada tahun 1927 akhirnya Walter Spies akhirnya pindah tinngal di Bali. Di sinilah ia menemukan tempat impiannya dan menetap hingga menjelang kematiannya. Di bawah perlindungan raja Ubud masa itu, Cokorda Gede Agung Sukawati, Spies banyak berkenalan dengan seniman lokal dan sangat terpengaruh oleh estetika seni Bali. Ia mengembangkan apa yang dikenal sebagai gaya lukisan Bali yang bercorak dekoratif. Dalam seni tari ia juga bekerja sama dengan seniman setempat, Limbak, memoles sendratari yang sekarang sangat populer di Bali, Kecak. Sering kali dikatakan bahwa ia adalah orang yang pertama kali menarik perhatian tokoh-tokoh kesenian Eropa terhadap Bali. Ia memiliki jaringan perkenalan yang luas dan mencakup orang-orang ternama di Eropa. Sejumlah temannya banyak diundangnya ke Bali untuk melihat sendiri pulau kebanggaannya. Selain Walter Spies, seniman yang berasal dari Belanda yaitu Johan Rudolf Bonnet pun ikut tergabung dalam ruang linkup kesenian Ubud pada zaman tersebut.






0 komentar:

Posting Komentar